Tag Archives: inovasi budidaya

Panen Cabai 25 Kali dengan Metode Sungkup

Metode ini sederhana dan bertahan lama sehingga petani patut mencobanya untuk menurunkan ongkos dan mengamankan produksi.

Petani cabai sering menghadapi kendala, seperti penyakit cendawan, virus yang ditularkan hama thrips, tungau, dan kutu kebul. Untuk mengatasi kendala itu, ada inovasi budidaya dengan sentuhan teknologi sederhana yang mudah, murah, dan praktis, yaitu sungkup plastik.

Metode sungkup diklaim mampu menurunkan serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai sehingga petani bisa menikmati hasil panen yang lebih banyak. Salah satu petani yang sudah mencoba budidaya dengan metode sungkup ini adalah Gianto dari Banyumas, Jateng.

Panen Lebih Banyak

Gianto, petani muda yang bergabung dalam Kelompok Tani Ganda Arum, menanam cabai keriting hibrida F1 varietas Hai-Lux. Benih ini toleran terhadap virus kuning, patek, thrips, kutu, dan penyakit layu. Varietas tersebut mulai bisa dipanen sekitar 75-80 hari setelah pindah tanam dengan potensi hasil 23-25 ton/ha.

Biasanya, Gianto memanen cabai sebanyak 15 kali. “Dengan metode sungkup bisa 20 kali, bahkan sampai 25 kali,” katanya. Januari lalu, cabai yang ditanam Gianto dan kelompok taninya menghasilkan cabai rata-rata di atas 2 kg/batang. Ketinggian tanamannya juga terlihat berbeda. Tanpa sungkup, tanaman cabai hanya tumbuh sekitar satu meter, sedangkan dengan sungkup bisa mencapai 1,6 meter.

Di Banyumas, luas pertanaman cabai mencapai 150 ha dan umumnya ditanam pada Januari. Sekitar April, cabai mulai dipanen. Dengan penggunaan sungkup plastik ini, petani bisa panen hingga Agustus nanti.

“Dengan metode sungkup bisa 20 kali, bahkan sampai 25 kali.”

Prihasto Setyanto, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura, Kementan, melalui siaran pers mengatakan, cabai keriting tumbuh lebih subur dengan perlakuan sungkup plastik dibandingkan yang tanpa sungkup. “Cabai merah keriting tumbuh dengan subur, tidak terserang penyakit,” komentarnya.

Investasi

Biaya pembuatan sungkup plastik tergantung ketinggian sungkupnya. “Cabai keriting kita buat tinggi 240 cm, kalau cabai besar 180 cm,” terang Gianto. Modal untuk pemasangan pertama dengan sungkup ketinggian 240 cm sekitar Rp80 juta/ha. Sedangkan untuk yang tinggi 180 cm sekitar Rp70 juta/ha. Pada tahun kedua dan seterusnya, hanya perlu biaya penggantian atap plastik sekitar Rp10 jutaan. Rangkanya dibuat dari material besi beton setebal 10 mm. Dengan investasi tersebut, sungkup bisa bertahan hingga 10 tahunan.

Di samping versi Gianto, petani juga bisa mencoba metode sungkup dengan modal lebih miring. Mengutip dari laman resmi Dinas Pertanian Purbalingga, petani cukup berinvestasi sekitar Rp28 jutaan. Modifikasinya pada material penyangga dengan tali majun. Pemasangan plastik dilakukan dengan cara menjahit atau mensteples.

Dengan jarak tanam 60 cm atau double track, populasi per hektar sekitar 18.130 tanaman. Jadi, bermodal Rp28.706.000, satu tanaman butuh biaya Rp1.583. Sungkup plastik dipasang saat tanaman cabai berumur 75 hari setelah tanam (HST).

Pria asli Wonogiri tersebut yakin, “Dengan menerapkan metode sungkup, usaha hortikultura saya pasti berhasil.”  Setelah cabai, ia juga berencana menanam bawang, tomat, dan sayuran lainnya.

Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 288 yang terbit Juni 2018. Atau, klik di : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrinahttps://higoapps.com/item/1774/agrina-edition-jan-2018, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/

http://agrina-online.com/CabaiSungkup