Produktivitas unggas tetap terjaga, bahkan lebih baik dengan kombinasi pengganti AGP yang tepat.
Penggunaan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (antibiotic growth promoter – AGP) tidak lagi diizinkan pada industri peternakan di Indonesia. Baik sebagai imbuhan pakan (feed additive) ataupun melalui air minum. Selain sebagai pemacu pertumbuhan, antibiotik sebelumnya banyak digunakan untuk program pencegahan infeksi bakteri patogen. Pemakaian antibiotik yang tidak bijak dan digunakan selain untuk pengobatan akan mengakibatkan superbugs atau kejadian antimicrobial resistance (AMR).
Hal tersebut benarkan Wayan Wiryawan, Direktur PT Farma Sevaka Nusantara, saat wawancara dengan AGRINA di kantornya di kawasan Sentul City, Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/8). Wayan mengutarakan, aplikasi antibiotik yang tidak terkontrol atau tidak bijak akan menimbulkan efek resistensi. Hal tersebut akan berimbas terhadap kesehatan saluran pencernaan unggas yang kemudian berdampak pada performa atau produktivitasnya.
Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana ini mengulas, ayam bisa berproduksi dengan baik meskipun tak lagi menggunakan antibiotik. “Ketika ayam sudah sehat, peternak tidak perlu lagi khawatir akan kebutuhan antibiotik. Menjaga kesehatan dan performa ayam tanpa AGP itu sangat bisa,” tandas Wayan meyakinkan.
Beberapa produk non-antibiotik, seperti produk fitogenik (essential oil/minyak asiri) dan asam organik dapat juga menggantikan antibiotik, baik sebagai pemacu pertumbuhan maupun program pencegahan (flushing atau cleaning) melalui air minum. Selain itu, imbuh Wayan, sediaan produk kombinasi antara fitogenik (minyak asiri) ditambah asam organik bekerja sangat efektif dan saling menguatkan untuk mencegah infeksi berbagai jenis enteropatogen, tanpa menimbulkan efek samping bagi hewan ternak dan juga tidak mengganggu keseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan.
Menjaga Kesehatan Sistem Pencenaan
Wayan menjelaskan, fungsi utama sistem pencernaan pada unggas untuk mensekresi enzim dan hormon di pankreas, mencerna dan menyerap nutrisi di usus, dan melakukan metabolisme nutrisi di hati. Saluran pencernaan melakukan pemecahan komponen bahan pakan yang dikonsumsi secara mekanis dan kimiawi menjadi komponen dasar dalam tembolok dan empedal (gizzard ) dengan bantuan enzim eksogen. Kemudian, komponen dasar itu dicerna dalam usus halus dengan bantuan enzim endogen. Selanjutnya nutrisi diserap vili-vili usus dengan sel absortifnya yang sehat.
Secara sederhana, saluran pencernaan yang sehat dan utuh akan menghasilkan kinerja optimum dalam mencerna dan menyerap nutrisi pakan. Untuk menilai fungsi saluran pencernaan, menurut Wayan, bisa dengan melihat beberapa parameter, seperti tingkat kecernaan dan penyerapan nutrisi yang baik sehingga nutrisi pakan yang terbuang menjadi feses sangat rendah. Feses juga relatif kering, bentuk dan warnanya normal dengan bau tidak menyengat karena sangat minim cemaran gas yang berbahaya. Selain itu, konversi pakan (feed conversion ratio – FCR) yang sangat baik.
Pemilihan formulasi dan manajemen pakan akan berimbas nyata pada kesehatan saluran pencernaan (gastrointestinal tract integrity) yang nantinya mempengaruhi kemampuan dalam mencerna dan menyerap nutrisi serta pertumbuhan ayam. Masalah kesehatan saluran pencernaan timbul akibat asupan nutrisi dan pemilihan feed additive yang tidak tepat sehingga kerja saluran pencernaan kurang optimal. Lingkungan yang kurang higienis juga turut berpengaruh, terutama selama tahap awal perkembangan anak ayam.
Dalam menjaga kesehatan dan performa saluran pencernaan, ujar dia, sebaiknya pakan yang diberikan memiliki kandungan nutrisi lengkap dan seimbang. Dan yang tak kalah penting, pakan tersebut mudah dicerna oleh ayam. Sementara, untuk mencegah infeksi bakteri entero-pathogen yang ada dalam saluran cerna dapat menggunakan produk alternatif pengganti antibiotik.
Produk-produk alternatif tersebut, ungkap Wayan, lebih aman dan tetap efektif dalam mencegah terjadinya gangguan pencernaan. Contohnya, penggunaan produk yang mengandung kombinasi fitogenik dan asam organik, probiotik dan prebiotik, serta antikoksidia alami dan juga disertai pemberian antitoksin yang bekerja efektif mengikat semua jenis racun dalam level rendah yang mencemari pakan saat diberikan pada ayam.
Kelanjutan tentang tulisan ini baca di Majalah AGRINA versi Cetak volume 14 Edisi No. 291 yang terbit September 2018. Atau, klik : https://ebooks.gramedia.com/id/majalah/agrina, https://higoapps.com/browse?search=agrina, https://www.mahoni.com, dan https://www.magzter.com/ID/PT.-Permata-Wacana-Lestari/Agrina/Business/